Penatalaksanaan Drowning: Review Article

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Muhammad Ammar Rusydi
Anggia Viona Farehan A
Baiq Rulia Ashlihan
Fadila Olivia
Haldy Dwi Febrian

Abstract

Latar belakang: Drowning atau tenggelam didefinisikan sebagai masuknya cairan yang cukup banyak ke dalam saluran nafas atau paru-paru. Dalam kasus tenggelam, terendamnya seluruh tubuh dalam cairan tidak diperlukan. Yang diperlukan adalah adanya cukup cairan yang menutupi lubang hidung dan mulut sehingga kasus tenggelam tidak hanya terbatas pada perairan yang dalam seperti laut, sungai, danau, atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan di mana hanya bagian muka yang berada di bawah permukaan air.


Isi: Ketika seseorang tenggelam, air yang masuk ke mulut bisa saja tertelan atau dimuntahkan. Ketika dorongan inspirasi terlalu tinggi untuk dilawan, air dapat tertelan ke saluran udara dan batuk terjadi sebagai respons refleks. Cairan yang diaspirasi dapat menyebabkan washout dan disfungsi surfaktan, peningkatan permeabilitas kapiler, kolaps alveolar, dan ketidaksesuaian rasio ventilasi- perfusi. Hal ini dapat menyebabkan keluhan pernapasan ringan hingga hingga edema paru non- kardiogenik fulminan, dengan gambaran klinis yang mirip dengan sindrom gangguan pernapasan akut atau dewasa (ARDS).


Kesimpulan: Near drowning atau keadaan hampir tenggelam merupakan suatu kondisi seseorang hampir mati karena tidak bisa bernapas atau tercekik di bawah air. Prinsip utama penatalaksanaan dalam kasus drowning adalah mempertahankan oksigenasi yang adekuat, mencegah aspirasi dari lambung, dan menstabilkan suhu tubuh. Berdasarkan hal ini, tatalaksana kegawatdaruratan yang dapat dilakukan yaitu berupa resusitasi jantung paru (RJP). Manajemen jalan napas yang baik menjadi aspek kunci dalam mendapatkan prognosis yang baik. Pasien near-drowning yang mengalami hipotermia ditatalaksana dengan prinsip rewarming baik aktif mau pun pasif.


 

##plugins.themes.academic_pro.article.details##